Social Icons

Pages

Senin, 22 April 2013

Kearifan Komunitas

Hidup dalam zamannya
Manusia di tanah air sepanjang nusantara, hidup dengan kebiasaankomunitas masing-masing satuan masyarakatnya.
dalam keseharian membentuk siklus kehidupan per-skala waktu tertentu dan diwarisi oleh generasi berikutnya. pengalaman-pengalaman hidup bersama dengan masyarakat lainnya, bersama alam ciptaan yang Maha Kuasa serta pemanfaatan hingga jalinan magis pelestarian ekosistem tradisional lahir semenjak komunitas terbentuk dan ditersukan hingga sekarang.
keseharian ekosistem itu menempa alam sekitar, bagi Manusia yang merupakan bagian dari ekosistem itu sendiri, mendapat porsi yang baik bisa memanfaatkan bagian ekosistem lainya sekedar bertahan hidup. pada prinsipnya untuk kesejahteraan bersama, berkenan untuk kebaikan alam simbiosis mahkluk. sederet ragam keseharian bagi manusia memang bagaimana mengambil manfaat seperlunya dari hutan untuk berburu dan meramu serta untuk kepentingan obat-obatan tradisional, sungai sebagai tempat mencari lauk - pauk, tanah untuk berladang dan bercocok-tanam hingga manfaat lainnya.

bagi tetumbuhan, takan pernah menjerit jika termanfaatkan tanpa budaya, sekali-sekala hanya menyungguhkan ekspresi kejadian alam sebagai peringatan dibalik fungsinya penyedia segala kebutuhan konpleks mahkluk sekitar.

Bagi Hewan dan Binatang, sungguh luar biasa berjasa menyediakan tali-temali untuk rantai makanan hingga membentuk hubungan timbal-balik antara manusia-tetumbuha-hewan dan binatang-serta alam magis saling terhubung ke-bagian peran dalam ekosistem seiring waktu.

perlu hubungan harmonis untuk mempertahankannya

Selasa, 09 April 2013

pada tanggal 9 pagi dihari selasa bulan apri tahun 2013
saya berkesempatan nginap di Rumah Pak Anton Guru PNS SD di kampung Sungai Bening kecamatan sajingan, hanya 8 km sebelum Border Aruk Kabupaten Sambas.

pukul 06.00 pagi Deni sudah menuju sekolah, saya kelas tiga (3), saya paling suka main bola, kemudian disusul juga oleh murid yang lain. tapak dengan semnagatnya Deni mengayunkan kakinya sembari mengajak Musni dan saudaranya yang sedang memasang sepatu.semarak sepanjang kampung Sungai Bening ditancap kayu Glagar, di cat warna merah putih mewakili warna kedaulatan Indonesia, karna hari ini hari selasa semakin menambah rancak suasana kampung, ternyata memang semnagat ke-Indonesia-an kini tetap melekat di batas negara.
semangat para murid menuju sekolah terlihat antusias, Kami paling senang kalau setiap hari bisa belajar di sekolah, karena sepulang sekolah kami juga ikut orangtua ke ladang, sekarang sedang musim bahanyi (panen) ataupun ke-kebun kopi, lada dan karet, kata Deni. jika malam hari sepulang dari kebun kami langsung mandi di sungai, malam kalau tidak capek belajar pake lampu "Gulita" (pelita),lalu langsung tisur, begitulah setiap harinya. memang di sini tidak ada penerangan PLN. kaluapun ada di kota kecamatan atau di kawasan Border Aruk, kami ngalir dari Listrik Saudara kami di sebelah (bagian malaysia timur distric Lundu) sambung Pak Sobot Sekretaris Desa Sabunga, sebuah Desa yang secra kebetulan dilalui jalur Border, seolah diuntungkan dengan adanya Border, namun mereka tidaklah sebebas dahulu berpergian mengunjungi sanak-saudaranya ketika belum ada Border, kami hanya bisa kesana dengan radius 500 meter, padahal rumah kami bersebelahan, jika mau saling mengunjungi untuk sejenak tahu kabar keluarga, kami harus menggunakan passport atau kalau mau aman bayar RM.30, kami juga perlu makan tambah penjaga Border.

situasi ini bisa saja berubah jika kita semua di sejahterakan!